Senin, 16 Maret 2015

Ada Apa Dengan PERSIK ?

ADA APA DENGAN PERSIK ?
(Dulu "Anak Ajaib" Kini Terseok-seok)
Nama Persik memang sempat menjadi nama keramat di dunia sepakbola Indonesia. Bagaimana tidak, tim berjuluk Macan Putih itu benar-benar bertaring dan mampu menerkam lawan-lawannya di lapangan hijau. Tidak heran bila berbagai prestasi pun diraih. Padahal awalnya Persik hanya dianggap tim bau kencur dan numpang lewat di ajang kompetisi nasional.
Moncernya nama Persik berawal ketika menjuarai divisi 2 tahun 1999/2000. Semanjutnya Persik meninggalkan divisi 2 dan masuk di divisi 1. Kemudian tahun 2002 tepatnya saat melawan Persegi Gianyar untuk memperebutkan gelar juara 1 kompetisi PSSI dan naik kelas dari divisi 1 ke divisi utama, persik berhasil menang dengan 2-1.
Setelah masuk divisi utama, Persik makin melejit. Tahun 2003, kembali tim yang saat itu diarsiteki Jaya Hartono mampu memuncaki klasemen dan menjadi jawara divisi. Namun sebelum ikut kompetisi paling bergengsi di Tanah Air itu, Persik mencatat prestasi gemilang setelah sukses merengkuh gelar juara Piala Gubernur I/2005 di Surabaya. Gelar itu kembali direbutnya pada Piala Gubernur III/2006 di Gelora Delta Sidoarjo setelah menyudahi perlawanan tim debutan Persekabpas Kabupaten Pasuruan September 2006 lalu.
Namun kondisi itu seolah berbalik 180 derajat. Kini Persik benar-benar sepi prestasi. Tahun 2009/2010 menjadi tahun yang pahit karena Persik terdegradasi ke divisi utama pada akhir kompetisi liga super 2009-2010. Hingga tahun 2013 Persik baru bisa kembali ke liga super dengan menduduki peringkat 3 di divisi utama.
Widodo, salah satu tokoh Persikmania mengaku prihatin dengan kondisi ini. Dulu Persik seakan-akan ditakuti lawan-lawannya. Hal ini karena permainan Persik yang bagus dan strategi yang baik. "Permainan Persik dulu sama saat ini berbeda jauh. Dulu permainan bagus strateginya mantap. Harapannya Persik bisa seperti dahulu." ujarnya pada Koran Memo, Minggu (15/03) Menurut Widodo, banyak persoalan yang membelit hingga Persik terjepit. Salah satunya yakni masalah dana. Akibatnya Persik kesulitan mengontrak pemain-pemain berkelas untuk memperkuat skudnya. Dia berharap jajaran manajemen Persik bisa menuntaskan masalah ini. "Prestasinya Persik turun drastis. Mungkin dulu bisa mengontrak pemain berkelas nasional. Kalau saat ini pemainnya biasa-biasa." tuturnya.
Dikutip dari : Koran Memo Edisi 16 Maret 2015

Minggu, 01 Maret 2015

Vakum Dari Kompetisi


Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Persik Kediri sempat membubarkan tim dan berniat vakum di kompetisi selama setahun. Namun, manajemen Macan Putih akhirnya berubah pikiran dengan kembali ikut kompetisi.

Manajemen berhasrat mempertahankan eksistensi Persik di kompetisi profesional setelah dinyatakan gagal verifikasi Indonesia Super League (ISL). Dasar pemikirannya, belum ada jaminan kondisi finansial tim akan berubah signifikan walau nantinya absen dari kompetisi. Kini manajemen menyusun rencana kemungkinan mengikuti level Divisi Utama 2015, diawali seleksi pemain anyar mulai awal Februari.

"Kami berpikir sebaiknya memang tetap eksis di kompetisi. Rencananya akan ada pembentukan tim awal Februari nanti dimulai dengan seleksi pemain. Saat ini sebagian pemain lama masih ada di Kediri dan bisa dioptimalkan,"ujar Barnadi, sesepuh di manajemen Persik.

Pihaknya optimistis secara finansial mampu menghidupi tim di level Divisi Utama. Terutama setelah ada sinyal positif dari PT. Gudang Garam yang siap membantu, serta dukungan Pemerintah Kota Kediri dan Persikmania. "Kalau untuk Divisi Utama mungkin mampu,"kata dia.

Ini adalah langkah maju-mundur yang ditempuh Macan Putih dan sebenarnya membawa efek kurang baik pada tim. Sebelumnya manajemen memutuskan tim bubar dan membiarkan para pemain bergabung dengan tim lain, sehari setelah ada vonis gagal verifikasi dari PT. Liga Indonesia.

Saat itu manajemen memutuskan akan mengistirahatkan tim dan baru akan kembali pada 2016 nanti. Namun, setelah kehilangan banyak pemain, kini manajemen berniat ikut kompetisi bakal kembali melakukan seleksi pemain baru untuk Divisi Utama 2015.

Padahal jika tak membubarkan tim, sebenarnya tim ungu memiliki aset bagus kalau hanya bertanding di kasta kedua. Sejumlah pemain terbilang loyal di Stadion Brawijaya, sebut saja Qischil Gandruminny, Faris Aditama, Asep Budi, hingga Rendy Saputra. Kini mereka telanjur berkostum lain.

"Kondisinya waktu itu memang tidak menentu. Kami sendiri menyadari bahwa Persikmania ingin timnya tetap eksis, walau harus bermain di Divisi Utama lagi. Karena banyak yang mendukung Persik tetap jalan, kami berupaya melakukan yang terbaik,"kata Barnadi.

(SindoNews.com) Kediri 99out of 100 Review of : VivaPersik Jumlah Voting : 9999 Orang. Kediri Kuliner Prediksi Bola Jersey

Jumat, 20 Februari 2015

Sejarah Persik Kediri

Persik Kediri
Logo Persik
Nama lengkap Persatuan Sepak Bola Indonesia
Kediri
Julukan Macan Putih
Didirikan 1950
Stadion Brawijaya,
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
(Kapasitas: 15.000)
Ketua Umum Bendera Indonesia dr. Samsul Ashar
Sekretaris Bendera Indonesia Barnadi
Bendahara Bendera Indonesia Drs. Soeprapto, MM
Manajer Bendera Indonesia Anang Kurniawan
Pelatih Bendera Indonesia Hartono Ruslan
Dokter Tim Bendera Indonesia dr. Fauzan Adhima
Liga Liga Super Indonesia
Posisi 2013 Juara ketiga, Divisi Utama
(promosi)

Kostum kandang
Kostum tandang


Persatuan sepak bola Indonesia Kediri (disingkat Persik Kediri) merupakan klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kediri, Jawa Timur. Tim ini mempunyai kandang di Stadion Brawijaya dan dijuluki Macan Putih. Persik Kediri mulai bermain di Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2003. Klub ini didirikan pada tahun 1950 Pada tanggal 19 Mei. Laman resmi klub http://persikfc.com/

Sejarah

Dalam catatan kearsipan pengurus, Persatuan Sepakbola Indonesia Kediri (Persik) berdiri pada tahun 1950, pada tanggal 9 Mei. Sebagai pendiri adalah Bupati Kediri saat itu, R Muhammad Machin. Karena saat itu Kediri masih berupa kabupaten, tidak ada pemisahan wilayah seperti sekarang, kabupaten dan kota. Dibantu Kusni dan Liem Giok Djie, yang dilakukan Machin pertama kali adalah merancang bendera tim yang tersusun dari dua warna berbeda. Bagian atas berwarna merah dan bawahnya hitam dengan tulisan PERSIK di tengah-tengah dua warna berbeda itu. Sebagai tim perserikatan yang terdaftar di PSSI, Persik memiliki beberapa klub anggota, diantaranya PSAD, POP, Dhoho, Radio, dan Indonesia Muda (IM). Dalam tiga dekade (1960 hingga 1990-an) prestasi Persik belumlah menonjol bahkan di tingkat nasional pun masih kalah dibandingkan dengan “saudara mudanya” Persedikab Kabupaten Kediri yang pada era 1990-an tercatat dua kali mengikuti kompetisi Ligina. Namun sejak ditangani Walikota Drs. H. A. Maschut, Persik menunjukkan perubahan. Mengawali debutnya di pentas nasional, Persik merekrut mantan pelatih Tim Nasional PSSI Pra Piala Dunia (PPD) 1986, Sinyo Aliandoe, untuk menangani klub kebanggaan warga Kota Kediri itu dalam Kompetisi Divisi I periode 2000-2001. Di bawah tangan dingin Om Sinyo itulah, para pemain Persik yang merupakan pemain-pemain dari Kediri dan sekitarnya itu mulai diperkenalkan dengan sistem sepakbola modern. Namun hanya dalam waktu satu tahun Om Sinyo berlabuh di Kota Kediri . Setelah itu Persik pun resmi ditangani mantan pemain Timnas PSSI, Jaya Hartono, yang sebelumnya hanyalah asisten Om Sinyo.
Sementara untuk semua urusan baik di dalam maupun di luar stadion, H. A. Maschut meminta bantuan putra menantunya, Iwan Budianto, yang beberapa tahun sebelumnya menangani Arema Malang. Di tangan Iwan-Jaya itulah, tim berjuluk “Macan Putih” itu unjuk gigi dengan berhasil menyabet gelar juara Kompetisi Divisi I PSSI tahun 2002. Gelar tersebut sekaligus mengantarkan tim kebanggaan warga Kota Kediri itu “naik kelas” sebagai kontestan Divisi Utama dalam Ligina untuk musim kompetisi IX/2003.
Sejak kompetisi itu digelar pada bulan Januari 2003, Persik sudah mengklaim dirinya sebagai tim dari daerah yang tak sekadar “numpang lewat”. Tekad itu terpatri di dalam lubuk sanubari para pemain, sehingga dengan usaha keras dan penuh dramatis, Persik mampu mencuri perhatian publik bola di Tanah Air setelah berhasil memboyong Piala Presiden setelah mengukuhkan dirinya sebagai juara Ligina IX/2003.
Persik mampu memupuskan harapan tim-tim besar, seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, dan Persita Tangerang yang saat itu sangat berambisi menjadi kampiun dalam kompetisi paling bergengsi di Jagad Nusantara ini. Piala Presiden itu kembali berlabuh di Kota Kediri setelah Persik berhasil menjuarai kompetisi Divisi Utama Ligina XII/2006 setelah menyudahi perlawanan sengit PSIS Semarang dengan skor 1-0 di partai final yang digelar di Stadion Manahan Solo,
'Dipandang Sebelah Mata'
Untuk mendapatkan prestasi seperti itu tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Persik yang awalnya dipandang sebelah mata berubah menjadi tim yang lapar akan kemenangan. Ini bisa dilihat di awal-awal kompetisi LBM IX berjalan, Persik terseok-seok bahkan pernah menduduki peringkat ke-13 klasemen sementara.
Perlahan tetapi pasti, kemenangan demi kemenangan diraihnya hingga pada putaran pertama Persik sempat menempati puncak klasemen sementara. Dan di putaran kedua prestasi Pesik semakin stabil hingga kompetisi berakhir Persik sukses menjadi juara.
Dengan diperkuat tiga legiun asing asal Cile, yakni Fernando, Juan Carlos dan Alejandro Bernald, pada tahun 2002 Persik menorehkan tinta emas setelah berhasil menyabet Juara Divisi I PSSI, dimana pertandingan empat besarnya diselenggarakan di Manado. Prestasi itu memastikan Persik masuk Divisi Utama Ligina IX/2003. Namun sebelum ikut kompetisi paling bergengsi di Tanah Air itu, Persik mencatat prestasi gemilang setelah sukses merengkuh gelar juara Piala Gubernur Jatim I/2004 di Surabaya . Gelar itu kembali direbutnya pada Piala Gubernur III/2005 di Gelora Delta Sidoarjo setelah menyudahi perlawanan tim debutan Persekabpas Kabupaten Pasuruan. September 2006 lalu.
Tangan Dingin Di Balik Persik
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan Persik, tak bisa lepas dari perjuangan dan kegigihan beberapa tokoh sepakbola Kota Kediri. Sejak tahun 1999 Walikota Drs H.A. Maschut memegang jabatan sebagai Ketua Umum. Ia dibantu J.V. Antonius Rahman yang saat itu menjabat Ketua DPRD Kota Kediri sebagai Ketua Harian Persik dan tokoh sepakbola, Barnadi sebagai Sekretaris Umum.
Namun tak bisa dilupakan pula perjuangan Iwan Budianto sebagai manajer tim untuk mengangkat citra Kota Kediri di bidang sepakbola bersama Eko Soebekti dan Suryadi, masing-masing menempati posisi asisten manajer operasional dan asisten manajer keuangan.
Untuk aristek di lapangan baik pengurus maupun manajemen saat itu mengangkat mantan pemain Niac Mitra Surabaya, Jaya Hartono dibantu mantan pemain Arema Malang, Mecky Tata bertindak selaku asisten pelatih. Nama Iwan Budianto dan Jaya Hartono sudah cukup lama dikenal oleh publik bola di tanah air. Sebelum bergabung dengan Persik, Iwan Budianto pernah menjadi manajer tim Arema Malang pada Ligina V 1998/1999. Saat itu Arema menempati peringkat ketiga grup tengah II.
Sementara Jaya Hartono sudah tidak asing lagi. Selain malang melintang sebagai pemain di beberapa klub Galatama mulai dari Niac Mitra, Petrokimia Putra, BPD Jateng, Assyabaab Salim Group Surabaya, PKT Bontang hingga karirnya di timnas PSSSI selama sepuluh tahun mulai 1986 sampai 1996. Sebagai orang yang bertangan dingin Jaya Hartono membawa Persik sebagai Juara Ligina IX/2003 bagi Persik. Namun sayang Jaya Hartono tahun 2006 meninggalkan Persik Kediri dan digantikan Daniel Rukito hingga tahun 2007. Meski hanya dua tahun Daniel juga menorehkan sejarah bagi Persik Kediri yakni membawa Persik Juara Ligina XII/2006.
Menghadapi Super Liga Persik mencoba pelatih asing asal Muldova yang cukup dikenal yakni Arcan Iurie (mantan pelatih Persib Bandung dan Persija) itupun hanya setengah kompetisi, selanjutnya Persik dibawah kendali Aji Santoso hingga akhir ISL 2008 dan menjadikan Persik dalam 5 besar (peringkat 4 ISL 2008). Memasuki ISL 2009/2010 Persik diarsiteki oleh Gusnul Yakin seiring pergantian Ketua Umum yang baru yang menggantikan HA Maschut kepada dr Samsul Ashar Sp.PD yang juga walikota terpilih dalam Pilkada 2008 lalu.
Degradasi ke kasta ke dua
Sejak dibawah kepemimpinan Dr.H Samsul Ashar, Persik terus mengalami penurunan prestasi hingga terdegradasi ke divisi utama pada akhir kompetisi Liga Super 2009-2010 hingga akhir kompetisi divisi utama tahun 2013 Persik baru bisa Promosi kembali ke Liga Super dengan menempati peringkat 3 klasemen divisi utama.
Untuk pertandingan kandang Persik menggunakan Stadion Brawijaya Kediri yang berkapasitas sekitar 20 ribu orang. Sementara untuk kegiatan manajerial Persik dipusatkan di sekretariat Persik di Jl. Diponegoro No. 7, Kediri. No. telp. dan faksimilinya adalah 0354-686690.

Home Ground

Stadion Brawijaya adalah kandang bagi Persik Kediri. Terletak tengah Kota Kediri, Jawa Timur. Stadion ini dibangun pada tahun 1983, dan mengalami pembenahan pada tahun 2000. Stadion Brawijaya memiliki kapasitas 20.000 tempat duduk. Stadion Brawijaya merupakan kebanggaan masyarakat Kediri karena di stadiun inilah Persik Kediri menjamu lawan-lawannya. Stadion ini berkapasitas 20.000 penonton, dibangun pada tahun 1983.

Pendukung

Persik didukung suporternya yang militan yaitu Persikmania yang terbentuk pada bulan Pebruari 2001. Seiring dengan berjalannya waktu, prestasi Persik menurun, sehingga banyak Persikmania yang mulai enggan menyaksikan laga Persik Kediri di Stadion Brawijaya. Namun banyak juga bermunculan Persikmania dari generasi berikutnya dan kemudian membikin kelompok sendiri seperti Brigata Cyber-xtreme. Motto dari Brigata Cyberxtreme adalah "s1ung tajam", yang merupakan singkatan dari "salam 1 ungu tampil atraktif juga militan" yang biasa menempati tribun utara. Selain itu ada juga yang menamai kelompoknya Hooliking, Gerakan Cinta Persik (GCP) namun tetap dalam yel yelnya mereka masih menyebut dirinya Persikmania.